FRANCIS FUKUYAMA, Guncangan Besar Melanda Dunia

FRANCIS FUKUYAMA, 1922

Memasuki tahun 1992 Francis Fukuyama seorang pengajar ekonomi-politik Internasional di Paul H. Nize School of Advance International Studies, Johns Hopkins University mencuat namanya di seluruh dunia ketika hadir melalui buku monumentalnya The End of History and The Last Man yang membahas kehancuran sistem kapitalis. Memasuki tahun 1999 namanya kembali didengung-dengungkan ketika ia meluncurkan buku terbarunya The Great Disruption: Human Nature and The Reconstitution of Social Order.

Dengan konsep modal sosial yang diperkenalkan oleh L.J Hanifan pada awal abad 20, Fukuyama meneliti dan membahas dengan seksama perubahan yang terjadi di dunia. Di mana perubahan di sini bukanlah pada perubahan itu sendiri, tetapi lebih pada akibatnya terhadap tatanan masyarakat, yaitu pada himpunan individu-individu yang berhubungan satu sama lain, menurut aturan-aturan yang diterima bersama, baik secara formal (hukum) maupun secara informal (etika, moralitas).Francis Fukuyama, Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru, terjemahan Masri Maris, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2005). Perubahan yang dikaji oleh Fukuyama ini mengacu pada negara-negara Skandinavia, negara-negara berbahasa Inggris (Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru), serta negara Katolik Latin seperti Spanyol dan Italia.

Adapun guncangan besar yang melanda tatanan sosial tersebut adalah:

  1. Kejahatan dan gangguan sosial yang meningkat sehingga kawasan pusat kota di negara-negara terkaya di dunia mulai tidak dapat dihuni lagi .
  2. Ikatan kekeluargaan sebagai lembaga sosial semakin melemah dalam paruh terakhir abad 20. Munculnya Revolusi seks dan munculnya feminisme pada tahun 1960-an dan 1970-an menimbulkan perubahan besar di keluarga dan lingkungan sosial lainnya.
  3. Tingkat kesuburan di negara-negara Eropa dan di Jepang merosot sedemikian rendahnya sehingga negara tersebut bakal kekurangan penduduk jika tidak ada imigrasi yang cukup besar.
  4. Perkawinan yang menurun dan meningkatnya angka perceraian serta kelahiran berkurang
  5. Perceraian meningkat dan anak yang lahir di luar nikah terus bertambah. Satu dari tiga bayi yang lahir di Amerika Serikat dan separuh dari seluruh jumlah keseluruhan anak-anak di Skandinavia adalah anak di luar nikah.

Penyebab dari guncangan besar itu yaitu :

  1. Berdasarkan hasil penelitian Sheldon dan Eleanor Glueck, yang menyebabkan seseorang melakukan kejahatan yaitu rendahnya kendali diri, yang bersumber dari sikap acuh keluarga. Salah satu temuannya menunjukkan bahwa anak lelaki yang melakukan kejahatan selalu bermasalah sebagai orang dewasa – terus berbuat jahat, rumah tangganya gagal, kecanduan alkohol atau obat terlarang, cepat bosan dan sebagainya.
  2. Meningkatnya angka perceraian dan kelahiran di luar nikah menimbulkan kekerasan terhadap anak oleh orang tua pengganti, terutama oleh ayah tiri dan peluang ditelantarkannya anak-anak oleh orang tua tunggal.
  3. Sikap saling curiga dan hilang kepercayaan yang terus meningkat di negara barat. Berdasarkan National Opinion Research Center di Amerika Serikat menjelaskan berdasarkan analisis multivariat atas data survei kepercayaan ditemukan bahwa sikap tak saling percaya berkolerasi dengan status sosial-ekonomi yang rendah, status sebagai minoritas, pengalaman traumatis, fundamentalis, tiadanya keyakinan pada salah satu agama besar.

Ketika kita berbicara sebab, tentu ada akibat sebagai hasil konkretnya. Masih menurut Fukuyama, guncangan besar tersebut mengakibatkan:

  1. Dengan angka kelahiran yang semakin kecil, negara pada suatu saat akan kehilangan generasi mudanya. Kekuasaan dan pengaruh negara di panggung internasional tentunya akan semakin kecil pula.
  2. Angka perceraian yang tinggi dan banyaknya anak-anak yang lahir di luar nikah akan menyebabkan gangguan pada pendidikan dan pembinaan anak-anak.
  3. Perpecahan dalam keluarga menyebabkan kemiskinan.
  4. Meningkatnya individualisme, karena tidak ada lagi rasa saling percaya. Masyarakat tinggal di rumah berpagar tinggi dan lingkungan hunian berportal lengkap dengan pos penjaga keamanan, bergegas meloncat dari mobil ke sofa empuk di depan televisi ketika pulang ke rumah di malam hari tanpa sedikit pun menyapa tetangga-tetangga.

Guncangan besar yang mengakibatkan hilangnya modal sosial negara-negara Barat untuk melanjutkan peradabannya ini tentunya tidak dibiarkan berlangsung begitu saja. Setelah melalui pengamatan dan penelitian yang panjang terhadap banyak negara dan sedikit berkaca melalui budaya Asia, akhirnya Fukuyama menemukan jawaban agar bisa selamat dari guncangan tersebut. Yaitu melalui norma.

Norma merupakan aturan yang terbentuk di tengah-tengah masyarakat yang terbentuk secara spontan maupun hierarkis. Norma yang terbentuk secara spontan cenderung bersifat informal, dalam arti tidak ditulis dan tidak diumumkan. Sedangkan norma dan aturan yang dibentuk oleh sumber-sumber hierarkis cenderung mengambil bentuk hukum tertulis, undang-undang, peraturan, ayat-ayat suci atau bagan organisai birokrasi.

Norma secara alami akan terbentuk diantara manusia yang berinteraksi, norma yang dibutuhkan saat ini adalah norma dari agama. Fukuyama menyatakan bahwa di seluruh bagian dunia yang telah maju, agama hierarkis sudah dipisahkan dari kekuasaan negara dan sedang mengalami kemunduran panjang. Agama dapat jadi alat penyembuhan secara total terhadap kacau balaunya kehidupan, anak-anak perlu ditanami nilai-nilai dan aturan-aturan perilaku atau mereka akan terisolasi dan kehilangan arah. Berpalingnya manusia ke agama bukan karena mereka menjadi pemeluk yang teguh melainkan karena agama adalah sumber aturan, ketertiban dan rasa kebersamaan yang paling mudah dijangkau.

Sumber: http://www.formmit.org/page/110